Mranggen, 7 Agustus 2019 – Sebagai bentuk program kerja yang diberikan kepada Dusun Rejosari, Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memberikan pelatihan mengenai Pembuatan Sari Salak.
Buah salak menjadi salah satu komoditas yang melimpah dan bisa dengan mudah ditemui di Dusun Rejosari, Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung. Hal itu lantaran sebagian besar warga di wilayah tersebut adalah petani salak. Berbekal kemauan masyarakat dan potensi salak yang melimpah tersebut, kemudian sekelompok mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun 2019 memberikan Pelatihan Pembuatan Sari Salak.
Pelatihan ini dilaksanakan pada Rabu, 7 Agustus 2019 yang bertempat di kediaman Rumah Bapak Suryono, selaku Kepala Dusun Rejosari. Pelatihan ini ditujukan kepada warga sekitar agar mampu memanfaatkan salak-salak muda yang telah jatuh ke tanah dan tidak memiliki nilai jual menjadi sebuah produk yang mampu menambah pendapatan warga sekitar. Kurang lebih ada 39 warga yang berpartisipasi dalam pelatihan ini. Pelatihan dibimbing langsung oleh pembuat sari salak “Prima Rasa” yang berasal dari Dusun Sibolong, Kulon Progo.
Indah selaku penanggung jawab pelatihan menuturkan, sebenarnya, warga Dusun Rejosari sudah sejak lama memiliki kemampuan untuk mengolah buah salak menjadi produk makanan lain. Namun demikian, produk-produk olahan makanan tersebut belum terjual hingga ke luar daerah.
“Sebenarnya kalau kita ingin membuat usaha, kita harus berani berinovasi dan optimis. Apalagi kalau misalkan produksi gagal, salak busuk semua, atau gagal panen ya sudah itu hal yang wajar, terima saja. Rezeki sudah ada yang mengatur” Ujar Ibu Ema selaku pemateri.
Pelatihan yang berlangsung dari pagi hingga siang hari ini, menarik banyak antusias dari warga sekitar. Warga berharap pelatihan pembuatan sari salak ini dapat berkelanjutan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Dusun Rejosari.
"Harapannya setelah adanya pelatihan yang dilaksanakan oleh teman-teman KKN UMY tahun ini, warga memiliki pandangan tentang pengolahan salak yang beranekaragam dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sehingga, pendapatan warga pun ikut meningkat seiring bertambahnya wawasan mereka," tutur Indah.